Selasa, 21 Mei 2013

Jenis - Jenis Paragraf (kereta api)


Nasib KRL Ekonomi yang semakin hari semakin membinggungkan. Perencaaan penghapusan KRL Ekonomi yang masih belum pasti. Hal ini menjadi suatu masalah tersendiri untuk masyarakat yang menggunakannya. Penghapusan ini sempat ditunda untuk dilakukan karena pihak perkeretaapian memberikan waktu untuk perumusan mekanisme subsidi dari Direktorat  Jendral Perkeretaapian Kementrian Perhubungan.
Penghapusan KRL ekonomi dikarenakan banyak armada KRL ekonomi yang sudah mulai mogok, sehingga dapat menggangu perjalanan penumpang. Selain itu menurut PT. KAI penghapusan KRL ekonomi karena minimnya dana subsidi bagi angkutan penumpang. Pengahapusan KRL ekonomi direncanakan akan digantikan dengan Commuter line yang lebih nyaman dan ber- AC. Tarif yang cukup mahal ini menyebabkan beberapa kelas masyarakat seprti pedagang dan sebagainya mengalami kesulitan.
Ada beberapa pihak yang menyarankan bahwa tarif KRL Coummuter Line disubsidi oleh pemerintah. Karena pemerintah turt andil dalam pengkeretaapian di Indonesia. Pensubsidian dilakukan dengan menghapus KRL ekonomi dan mensubsidi tarif Commuter Line yang bertarif Rp. 8.500 – Rp. 9.000. Harga yang layak menuurut pihak ini untuk kawasan Jabodetabek idealnya sebesar Rp. 3.000 – Rp. 4.000 namum dengan syarat Public Service Obligation (PSO) dari pemerintah dibayarkan penuh dan diberikan didepan.
Dengan bagitu jika penghapusan KRL Ekonomi terlaksanakan masyarkat menengah kebawah dapat menggunakan Commuter Line yang lebih nyaman serta tidak mengganggu perjalanan kereta – kereta lainnya karena mogok.
Jenis penulisan diatas adalah paragraph ekspotif/eksposisi

Keberadaan kereta api bagi sebagian masyakat indonesia sangat membantu untuk perjalanan mereka. Selain dengan penggunaan kereta api yang lebih cepat, bebas macet, serta keberadaan stasiun ditempat – tempat yang strategis. Penggunaan kereta api baik dari kawasan jabodetabek maupun keluar kota, sering digunakan oleh sebagian masyarakat untuk berpergian. Selain cepat dan bebas macet, tarif yang cukup menjangkau masyarakat menengah kebawah. Masih ada beberapa keuntungan dari penggunaan kereta api selain bebas macet, dan tariff yang murah, masih ada tingkat keselamatan yang tinggi, serta hemat energy, dan ramah lingkungan, hal ini menurut Rchmadi, Direktur Teknik Mass Rapid Transit (MRT).
Jika pelayanan perkeretaapian Indonesia lebih baik lagi serta fasilitasnya yang baik, hal ini akan menjadikan kereta api sebagai transportasi missal yang sangat banyak penggunaannya. Dengan demikian hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengatasi kemacetan yang sedang melanda ekonomi. Selain fasilitas yang lebih baik lagi penambahan armada dapat mencegah pengakutan penumpang yang berlebihan. Selain itu kondisi stasiun yang banyak pedagang – pedagang yang tidak teratur hal ini memberikan pemandangan hal yang kurang indah, serta keselamatan pedangang yang tidak dijamin. Jika pedagang  ditertibkan hal ini akan memudahkan akses masuk kedalam stasiun, selain itu penerapan e-ticketing, renovasi stasiun, memanjangkan   dan meningkatkan peron, memperbaiki akses masuk kestasiun, dan melakukan kerjasama dengan moda transportasi lain. 
Jenis paragraf diatas adalah persuatif


Sabtu, 30 Maret 2013

Nasib KRL ekonomi


Nasib KRL Ekonomi
          PT. KAI akhirnya memutuskan untuk menunda penghapusan KRL ekonomi lintas bekasi – serpong resmi tidak beroprasi mulai bulan Juni mendatang. Direktur Utama PT. KAI Commuter Jabodetabek Tri Handoyo dalam keterangannya mengatakan penundaan tersebut untuk memberika waktu kepada Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementrian Perhubungan untuk merumuskan masalah mekanisme pemberian subsidi. Kesepakatan penundaan melalui rapat yang diadakan di kantor Ditjen KA Kemenhub dan dihadiri PT. KAI, YLKI, serta masyarakat transportasi Indonesia. PT. KAI berencana menghapus satu rangkaian yang dijalankan di lintas bekasi dan serpong pada 1 April. Jadwal perjalanan KRL yang kosong menurut rencana, akan digantikan dengan dua rangkaian Commuter Line di tiap lintasan dengan melayani 16 -18 perjalanan/hari. Menurut Tri Handoyo, konsep penggantian KRL ekonomi menjadi KRL AC demi keselamatan perjalanan. Hal ini merujuk pada catatan PT. KAI sepanjang 2012 yang menyatakan terjadi 1.228 pembatalan perjalanan KRL – non AC karena rangkaian mengalami kerusakan. Akibatnya 4.217 perjalanan KRL  lainya ikut terganggu.  
Penghapusan KRL ekonomi dikarenakan banyak armada KRL ekonomi yang sudah mulai mogok, sehingga dapat menggangu perjalanan penumpang. Selain itu menurut PT. KAI penghapusan KRL ekonomi karena minimnya dana subsidi bagi angkutan penumpang. Pengahapusan KRL ekonomi direncanakan akan digantikan dengan Commuter line yang lebih nyaman dan ber- AC. Tarif yang cukup mahal ini menyebabkan beberapa kelas masyarakat seprti pedagang dan sebagainya mengalami kesulitan. Ada beberapa pihak yang menyarankan bahwa tarif KRL Coummuter Line disubsidi oleh pemerintah. Karena pemerintah turt andil dalam pengkeretaapian di Indonesia. Pensubsidian dilakukan dengan menghapus KRL ekonomi dan mensubsidi tarif Commuter Line yang bertarif Rp. 8.500 – Rp. 9.000. Harga yang layak menuurut pihak ini untuk kawasan Jabodetabek idealnya sebesar Rp. 3.000 – Rp. 4.000 namum dengan syarat Public Service Obligation (PSO) dari pemerintah dibayarkan penuh dan diberikan didepan. Dengan penghapusan KRL ekonomi dapat menyebabkan konsumsi BBM yang akan naik. Dan program pemerintah agar masyarakat pindah ke angkutan massalpun akan terhambat. Dan apabila pengeluaran masyarakat pada sector transportasi kecil maka masyarakat dapat menambah pengeluaran pada sector konsumi  dan pendidikan serta kesehatan yang lebih baik.
          Selain pengsubsidian tariff Commuter Line pengahapusan KRL ekonomi menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) hal ini melanggar undang – undang BUMN. PT. KAI mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi bagi rakyat yang membutuhkan angkutan yang nyaman. Karena jika penghapusan KRL ekonomi karena subsidi pemerintah yang lambat atau kurang hal tersebut harus dibicarakan kepada pemerintah. Karena selama ini KRL ekomoni menddapatkan PSO dari pemerintah. Pencairan dana PSO yang terlambat tidak dapat dijadikan alasan untuk penghapusan KRL ekomoni karena ntuk tahun 2013 PSO sebesar 700      miliar. Pihak Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) telah mengajukan somasi kepada PT. KAI karena telat melanggar  UU No. 23/2007 tentang perkeretaapian. Dalam UU tersebut dinyatakan pengoprasian KRL ekonomi adalah bentuk pelayanan public (PSO) dengan tariff terjangkau buat masyarakat dan diatur khusus dalam peraturan Presiden nomor 53 tahun 2012. Dalam peraturan 53 tersebut angkutan pelayanan kelas ekonomi yang  penyelenggaraan sarana perkeretaapian yang sesuai dengan standar pelayanan minimum. Namum faktanya masih banyak KRL ekonomi yang tidak sesuai dengan standart pelayanan minimum. 

sumber : Koran Kompas 30/maret/2013
              Koran Rakyat Merdeka 30/maret/2013
              Koran Media Indonesia 30/maret/2013

Selasa, 08 Januari 2013

Karakteristik dan Prilaku Konsumen Indonesia


Karakteristik Konsumen Indanesia
Pada umumnya manusia memiliki 2 kebutuhan baik dari segi kebutuhan fisik maupun kebutuhan rohani. Kebutuhan fisik seperti barang – barang, makanan, pakaian dan rumah. sedangkan untuk kebutuhan rohani seperti hiburan dan konsultasi.
Konsumsi secara khusus berarti suatu kegiatan untuk menghabiskan suatu benda ( baik barang atau jasa).  Barang ada alat pemuas kebutuhan yang mempunyai bentuk, terlihat, serta dapat diraba. Jasa adalah alat pemuas kebutuhan yang tidak berbentuk / berwujud, tetapi dapat dirasakan manfaatnya.
Masing – masing konsumen memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Konsumen satu dengan konsumen yang lain mempunyai kebutuhan yang berbeda – beda pula.
Prilaku konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi kebutuhannyayaitu: 

1. Prilaku konsumen yang rasional
Prilaku ini didasari oleh pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar pertimbangannya adalah :

2. Perilaku konsumen yang tidak rasional
Seorang konsumen dikatakan tidak rasional apabila membeli barang tanpa pertimbangan yang baik.

Secara umum berikut karakteristik konsumen di Indonesia khususnya
Ada 10 Karakteristik konsumen Indonesia :
1.    Memiliki Pola Pikir Jangka Pendek
Pola pikir adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu pendek saja. Oleh karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia.
2.      Tidak Memiliki Perencanaan  
Konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam membuat perencaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat diwujudkan dalam bentuk daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi pembelian yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata sering melakukan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.

3.      Cenderung Suka Berkumpul
    Konsumen Indonesia memiki kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul.  Saat berkumpul dan berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan menimbulkan efek words of mouth. Efek words of mouth akan menimbulkan kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari konsumen yang terpuaskan akan menimbulkan repeat orders.
4.      Tidak Adaptif Dengan Teknologi Baru
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum digunakan secara maksimal.

5.      Fokus Pada Konten Bukan Konteks
Konten adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Konteks adalah suatu uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan makna. Informasi yang tersedia di media atau produk elektronik lainnya tentu saja tidak memberikan informasi yang jelas.

6.      Menyukai Barang – Barang Produksi Luar Negeri
   Harga acapkali dibandingkan dengan kualitas. Semakin tinggi harga dianggap semakin bagus kualitasnya. Harga barang-barang produksi luar negeri mayoritas memiliki harga lebih tinggi daripada barang-barang produksi dalam negeri. Gengsi menjadi salah satu alasan juga mengapa konsumen Indonesia lebih menyukai barang-barang produksi luar negeri.

7.      Semakin Memperhatikan Masalah Religious
Indonesia adalah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih sensitif untuk hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau agama semakin lebih banyak digemari.

8.      Suka Pamer dan Gengsi
Kecenderungan manusia adalah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari golongan ekonomi menengah ingin dipuji jika bisa membeli barang yang tidak bisa dibeli orang lain. Konsumen Indonesia dari golongan ekonomi atas membeli barang-barang branded supaya  dipuji dan sebagai prestise karena gengsi.

9.      Tidak banyak dipengaruhi Budaya Lokal
Keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah tidak lagi menjadi alasan dalam memilih dan menggunakan suatu produk. Globalisasi membuat konsumen Indonesia memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal

10.  Kurang Memperdulikan Lingkungan
Perubahan iklim adalah isu yang popular di abad 21. Isu tentang lingkungan menjadi penting terkait tentang pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba untuk ikut andil dalam lingkungan. Produk yang akan diproduksi sudah  dirancang supaya sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen luar negeri, konsumen Indonesia masih belum peduli akan  lingkungan.


Faktor – factor yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen


  Factor – factor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Secara garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :



1. Faktor Internal



a. Pendapatan

   Pendapatan konsumen berpangaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumen, cenderung semakin besar pula.



b. Motivasi
   Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian yang lain mengkonsumsi barang dan jasa tertentu demi memperlihatkan status sosialnya atau gengsi. Misalnya seorang remaja yang membeli handphone keluaran terbaru agar dianggapkeren oleh teman-temannya.



c. Sikap dan kepribadian
   Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang hemat biasanya hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, dimana hal ini sangat berbeda jauh dengan orang boros yang selalu membeli barang yang tidak dibutuhkannya.



2. Faktor eksternal



a. Kebudayaan

   Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakatnya. Di Jepang dan Cina, orang makan menggunakan sumpit. Semantara di negara barat, sendok dan garpu sering ditemani oleh pisau. Tak heran bila konsumsi sumpit d Jepang dan Cina lebih tinggi dibandingkan di negara barat. Begitu pula sebaliknya.



b. Status Sosial
   Status atau posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda dengan konsumsi supir taksi, tukang kayu, atau pengusaha kecil.



c. Harga Barang


         Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan    apabila harga rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi.



3. Faktor Strategi Marketing
Strategi marketing dalam suatu negara berbeda dengan negara lain karena perbedaan masyarakat dan pola konsumsi juga sehingga tidak mengherankan bahwa suatu produk laris di suatu negara tetapi setelah dikenalkan dan dijual ke negara lain tidak mendapatkan respon yang baik dari masyarakat di negara tersebut.