Nasib
KRL Ekonomi yang semakin hari semakin membinggungkan. Perencaaan penghapusan
KRL Ekonomi yang masih belum pasti. Hal ini menjadi suatu masalah tersendiri
untuk masyarakat yang menggunakannya. Penghapusan ini sempat ditunda untuk dilakukan
karena pihak perkeretaapian memberikan waktu untuk perumusan mekanisme subsidi
dari Direktorat Jendral Perkeretaapian
Kementrian Perhubungan.
Penghapusan KRL ekonomi dikarenakan
banyak armada KRL ekonomi yang sudah mulai mogok, sehingga dapat menggangu
perjalanan penumpang. Selain itu menurut PT. KAI penghapusan KRL ekonomi karena
minimnya dana subsidi bagi angkutan penumpang. Pengahapusan KRL ekonomi
direncanakan akan digantikan dengan Commuter line yang lebih nyaman dan ber-
AC. Tarif yang cukup mahal ini menyebabkan beberapa kelas masyarakat seprti
pedagang dan sebagainya mengalami kesulitan.
Ada beberapa pihak yang menyarankan
bahwa tarif KRL Coummuter Line disubsidi oleh pemerintah. Karena pemerintah
turt andil dalam pengkeretaapian di Indonesia. Pensubsidian dilakukan dengan
menghapus KRL ekonomi dan mensubsidi tarif Commuter Line yang bertarif Rp.
8.500 – Rp. 9.000. Harga yang layak menuurut pihak ini untuk kawasan
Jabodetabek idealnya sebesar Rp. 3.000 – Rp. 4.000 namum dengan syarat Public
Service Obligation (PSO) dari pemerintah dibayarkan penuh dan diberikan
didepan.
Dengan bagitu jika penghapusan KRL
Ekonomi terlaksanakan masyarkat menengah kebawah dapat menggunakan Commuter Line
yang lebih nyaman serta tidak mengganggu perjalanan kereta – kereta lainnya
karena mogok.
Jenis penulisan diatas adalah paragraph
ekspotif/eksposisi
Keberadaan kereta api bagi sebagian
masyakat indonesia sangat membantu untuk perjalanan mereka. Selain dengan
penggunaan kereta api yang lebih cepat, bebas macet, serta keberadaan stasiun
ditempat – tempat yang strategis. Penggunaan kereta api baik dari kawasan
jabodetabek maupun keluar kota, sering digunakan oleh sebagian masyarakat untuk
berpergian. Selain cepat dan bebas macet, tarif yang cukup menjangkau
masyarakat menengah kebawah. Masih ada beberapa keuntungan dari penggunaan
kereta api selain bebas macet, dan tariff yang murah, masih ada tingkat
keselamatan yang tinggi, serta hemat energy, dan ramah lingkungan, hal ini menurut Rchmadi, Direktur Teknik Mass Rapid Transit (MRT).
Jika pelayanan perkeretaapian Indonesia
lebih baik lagi serta fasilitasnya yang baik, hal ini akan menjadikan kereta
api sebagai transportasi missal yang sangat banyak penggunaannya. Dengan demikian
hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengatasi kemacetan yang sedang melanda
ekonomi. Selain fasilitas yang lebih baik lagi penambahan armada dapat mencegah
pengakutan penumpang yang berlebihan. Selain itu kondisi stasiun yang banyak pedagang
– pedagang yang tidak teratur hal ini memberikan pemandangan hal yang kurang
indah, serta keselamatan pedangang yang tidak dijamin. Jika pedagang ditertibkan hal ini akan memudahkan akses
masuk kedalam stasiun, selain itu penerapan e-ticketing, renovasi stasiun, memanjangkan dan meningkatkan peron, memperbaiki akses masuk kestasiun, dan melakukan kerjasama dengan moda transportasi lain.
PT. KAI akhirnya memutuskan untuk
menunda penghapusan KRL ekonomi lintas bekasi – serpong resmi tidak beroprasi
mulai bulan Juni mendatang. Direktur Utama PT. KAI Commuter Jabodetabek Tri
Handoyo dalam keterangannya mengatakan penundaan tersebut untuk memberika waktu
kepada Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementrian Perhubungan untuk
merumuskan masalah mekanisme pemberian subsidi. Kesepakatan penundaan melalui
rapat yang diadakan di kantor Ditjen KA Kemenhub dan dihadiri PT. KAI, YLKI,
serta masyarakat transportasi Indonesia. PT. KAI berencana menghapus satu
rangkaian yang dijalankan di lintas bekasi dan serpong pada 1 April. Jadwal perjalanan
KRL yang kosong menurut rencana, akan digantikan dengan dua rangkaian Commuter
Line di tiap lintasan dengan melayani 16 -18 perjalanan/hari. Menurut Tri
Handoyo, konsep penggantian KRL ekonomi menjadi KRL AC demi keselamatan
perjalanan. Hal ini merujuk pada catatan PT. KAI sepanjang 2012 yang menyatakan
terjadi 1.228 pembatalan perjalanan KRL – non AC karena rangkaian mengalami
kerusakan. Akibatnya 4.217 perjalanan KRL
lainya ikut terganggu.
Penghapusan
KRL ekonomi dikarenakan banyak armada KRL ekonomi yang sudah mulai mogok,
sehingga dapat menggangu perjalanan penumpang. Selain itu menurut PT. KAI
penghapusan KRL ekonomi karena minimnya dana subsidi bagi angkutan penumpang. Pengahapusan
KRL ekonomi direncanakan akan digantikan dengan Commuter line yang lebih nyaman
dan ber- AC. Tarif yang cukup mahal ini menyebabkan beberapa kelas masyarakat
seprti pedagang dan sebagainya mengalami kesulitan. Ada beberapa pihak yang
menyarankan bahwa tarif KRL Coummuter Line disubsidi oleh pemerintah. Karena
pemerintah turt andil dalam pengkeretaapian di Indonesia. Pensubsidian dilakukan
dengan menghapus KRL ekonomi dan mensubsidi tarif Commuter Line yang bertarif
Rp. 8.500 – Rp. 9.000. Harga yang layak menuurut pihak ini untuk kawasan
Jabodetabek idealnya sebesar Rp. 3.000 – Rp. 4.000 namum dengan syarat Public
Service Obligation (PSO) dari pemerintah dibayarkan penuh dan diberikan
didepan. Dengan penghapusan KRL ekonomi dapat menyebabkan konsumsi BBM yang
akan naik. Dan program pemerintah agar masyarakat pindah ke angkutan massalpun
akan terhambat. Dan apabila pengeluaran masyarakat pada sector transportasi
kecil maka masyarakat dapat menambah pengeluaran pada sector konsumi dan pendidikan serta kesehatan yang lebih
baik.
Selain pengsubsidian tariff Commuter
Line pengahapusan KRL ekonomi menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
hal ini melanggar undang – undang BUMN. PT. KAI mendapatkan penugasan dari
pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi bagi rakyat yang membutuhkan
angkutan yang nyaman. Karena jika penghapusan KRL ekonomi karena subsidi
pemerintah yang lambat atau kurang hal tersebut harus dibicarakan kepada
pemerintah. Karena selama ini KRL ekomoni menddapatkan PSO dari pemerintah. Pencairan
dana PSO yang terlambat tidak dapat dijadikan alasan untuk penghapusan KRL
ekomoni karena ntuk tahun 2013 PSO sebesar 700 miliar.
Pihak Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) telah mengajukan
somasi kepada PT. KAI karena telat melanggar
UU No. 23/2007 tentang perkeretaapian. Dalam UU tersebut dinyatakan
pengoprasian KRL ekonomi adalah bentuk pelayanan public (PSO) dengan tariff terjangkau
buat masyarakat dan diatur khusus dalam peraturan Presiden nomor 53 tahun 2012.
Dalam peraturan 53 tersebut angkutan pelayanan kelas ekonomi yang penyelenggaraan sarana perkeretaapian yang
sesuai dengan standar pelayanan minimum. Namum faktanya masih banyak KRL
ekonomi yang tidak sesuai dengan standart pelayanan minimum.
Pada
umumnya manusia memiliki 2 kebutuhan baik dari segi kebutuhan fisik maupun
kebutuhan rohani. Kebutuhan fisik seperti barang – barang, makanan, pakaian dan
rumah. sedangkan untuk kebutuhan rohani seperti hiburan dan konsultasi.
Konsumsi
secara khusus berarti suatu kegiatan untuk menghabiskan suatu benda ( baik
barang atau jasa). Barang ada alat
pemuas kebutuhan yang mempunyai bentuk, terlihat, serta dapat diraba. Jasa
adalah alat pemuas kebutuhan yang tidak berbentuk / berwujud, tetapi dapat
dirasakan manfaatnya.
Masing
– masing konsumen memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Konsumen satu
dengan konsumen yang lain mempunyai kebutuhan yang berbeda – beda pula.
Prilaku
konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi kebutuhannyayaitu:
1. Prilaku konsumen yang rasional
Prilaku ini didasari oleh pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk
mengkonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar
pertimbangannya adalah :
2. Perilaku konsumen yang tidak rasional
Seorang konsumen dikatakan tidak rasional apabila membeli barang tanpa
pertimbangan yang baik.
Secara
umum berikut karakteristik konsumen di Indonesia khususnya
Ada
10 Karakteristik konsumen Indonesia :
1.Memiliki Pola Pikir Jangka Pendek
Pola pikir
adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil
akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir
jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu pendek saja. Oleh
karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia.
2.Tidak Memiliki Perencanaan
Konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam
membuat perencaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat
diwujudkan dalam bentuk daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi
pembelian yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata
sering melakukan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.
3.Cenderung Suka Berkumpul
Konsumen Indonesia memiki
kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul. Saat berkumpul dan
berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan
menimbulkan efek words of mouth. Efek words of mouth akan
menimbulkan kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari
konsumen yang terpuaskan akan menimbulkan repeat orders.
4.Tidak
Adaptif Dengan Teknologi Baru
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa
konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan
Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang
sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum
digunakan secara maksimal.
5.Fokus Pada Konten Bukan Konteks
Konten adalah informasi yang tersedia melalui media
atau produk elektronik. Konteks adalah suatu
uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan
makna. Informasi yang tersedia di media atau produk elektronik lainnya
tentu saja tidak memberikan informasi yang jelas.
6.Menyukai Barang – Barang Produksi
Luar Negeri
Harga acapkali dibandingkan
dengan kualitas. Semakin tinggi harga dianggap semakin bagus kualitasnya. Harga
barang-barang produksi luar negeri mayoritas memiliki harga lebih tinggi
daripada barang-barang produksi dalam negeri. Gengsi menjadi salah satu alasan
juga mengapa konsumen Indonesia lebih menyukai barang-barang produksi luar
negeri.
7.Semakin
Memperhatikan Masalah Religious
Indonesia adalah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih sensitif
untuk hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau agama semakin
lebih banyak digemari.
8.Suka
Pamer dan Gengsi
Kecenderungan manusia adalah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari
golongan ekonomi menengah ingin dipuji jika bisa membeli barang yang tidak bisa
dibeli orang lain. Konsumen Indonesia dari golongan ekonomi atas membeli
barang-barang branded supaya dipuji dan sebagai prestise
karena gengsi.
9.Tidak
banyak dipengaruhi Budaya Lokal
Keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah tidak lagi menjadi alasan dalam
memilih dan menggunakan suatu produk. Globalisasi membuat konsumen Indonesia
memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal
10.Kurang Memperdulikan Lingkungan
Perubahan iklim adalah isu yang popular di abad 21. Isu tentang lingkungan
menjadi penting terkait tentang pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba
untuk ikut andil dalam lingkungan. Produk yang akan diproduksi sudah
dirancang supaya sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen
luar negeri, konsumen Indonesia masih belum peduli akan lingkungan.
Faktor – factor
yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen
Factor – factor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Secara
garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :
1. Faktor Internal
a. Pendapatan Pendapatan konsumen berpangaruh pada
besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumen, cenderung
semakin besar pula.
b. Motivasi Setiap orang mempunyai motivasinya
sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan kegiatan
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula
yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia
tidak membutuhkannya. Sebagian yang lain mengkonsumsi barang dan jasa tertentu
demi memperlihatkan status sosialnya atau gengsi. Misalnya seorang remaja yang
membeli handphone keluaran terbaru agar dianggapkeren oleh teman-temannya.
c. Sikap dan kepribadian Sikap dan kepribadian individu juga
mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang hemat biasanya hanya akan membeli
barang-barang yang telah direncanakan, dimana hal ini sangat berbeda jauh
dengan orang boros yang selalu membeli barang yang tidak dibutuhkannya.
2. Faktor eksternal
a. Kebudayaan Kebudayaan yang terdapat di suatu
daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakatnya. Di Jepang dan Cina, orang
makan menggunakan sumpit. Semantara di negara barat, sendok dan garpu sering
ditemani oleh pisau. Tak heran bila konsumsi sumpit d Jepang dan Cina lebih
tinggi dibandingkan di negara barat. Begitu pula sebaliknya.
b. Status Sosial Status atau posisi seseorang di dalam
masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut.
Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda dengan
konsumsi supir taksi, tukang kayu, atau pengusaha kecil.
c. Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa
harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan apabila harga rendah, konsumsi akan tinggi.
Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi.
3. Faktor Strategi Marketing
Strategi marketing dalam suatu negara berbeda dengan negara lain karena
perbedaan masyarakat dan pola konsumsi juga sehingga tidak mengherankan bahwa
suatu produk laris di suatu negara tetapi setelah dikenalkan dan dijual ke
negara lain tidak mendapatkan respon yang baik dari masyarakat di negara
tersebut.