Nasib
KRL Ekonomi yang semakin hari semakin membinggungkan. Perencaaan penghapusan
KRL Ekonomi yang masih belum pasti. Hal ini menjadi suatu masalah tersendiri
untuk masyarakat yang menggunakannya. Penghapusan ini sempat ditunda untuk dilakukan
karena pihak perkeretaapian memberikan waktu untuk perumusan mekanisme subsidi
dari Direktorat Jendral Perkeretaapian
Kementrian Perhubungan.
Penghapusan KRL ekonomi dikarenakan
banyak armada KRL ekonomi yang sudah mulai mogok, sehingga dapat menggangu
perjalanan penumpang. Selain itu menurut PT. KAI penghapusan KRL ekonomi karena
minimnya dana subsidi bagi angkutan penumpang. Pengahapusan KRL ekonomi
direncanakan akan digantikan dengan Commuter line yang lebih nyaman dan ber-
AC. Tarif yang cukup mahal ini menyebabkan beberapa kelas masyarakat seprti
pedagang dan sebagainya mengalami kesulitan.
Ada beberapa pihak yang menyarankan
bahwa tarif KRL Coummuter Line disubsidi oleh pemerintah. Karena pemerintah
turt andil dalam pengkeretaapian di Indonesia. Pensubsidian dilakukan dengan
menghapus KRL ekonomi dan mensubsidi tarif Commuter Line yang bertarif Rp.
8.500 – Rp. 9.000. Harga yang layak menuurut pihak ini untuk kawasan
Jabodetabek idealnya sebesar Rp. 3.000 – Rp. 4.000 namum dengan syarat Public
Service Obligation (PSO) dari pemerintah dibayarkan penuh dan diberikan
didepan.
Dengan bagitu jika penghapusan KRL
Ekonomi terlaksanakan masyarkat menengah kebawah dapat menggunakan Commuter Line
yang lebih nyaman serta tidak mengganggu perjalanan kereta – kereta lainnya
karena mogok.
Jenis penulisan diatas adalah paragraph
ekspotif/eksposisi
Keberadaan kereta api bagi sebagian
masyakat indonesia sangat membantu untuk perjalanan mereka. Selain dengan
penggunaan kereta api yang lebih cepat, bebas macet, serta keberadaan stasiun
ditempat – tempat yang strategis. Penggunaan kereta api baik dari kawasan
jabodetabek maupun keluar kota, sering digunakan oleh sebagian masyarakat untuk
berpergian. Selain cepat dan bebas macet, tarif yang cukup menjangkau
masyarakat menengah kebawah. Masih ada beberapa keuntungan dari penggunaan
kereta api selain bebas macet, dan tariff yang murah, masih ada tingkat
keselamatan yang tinggi, serta hemat energy, dan ramah lingkungan, hal ini menurut Rchmadi, Direktur Teknik Mass Rapid Transit (MRT).
Jika pelayanan perkeretaapian Indonesia
lebih baik lagi serta fasilitasnya yang baik, hal ini akan menjadikan kereta
api sebagai transportasi missal yang sangat banyak penggunaannya. Dengan demikian
hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengatasi kemacetan yang sedang melanda
ekonomi. Selain fasilitas yang lebih baik lagi penambahan armada dapat mencegah
pengakutan penumpang yang berlebihan. Selain itu kondisi stasiun yang banyak pedagang
– pedagang yang tidak teratur hal ini memberikan pemandangan hal yang kurang
indah, serta keselamatan pedangang yang tidak dijamin. Jika pedagang ditertibkan hal ini akan memudahkan akses
masuk kedalam stasiun, selain itu penerapan e-ticketing, renovasi stasiun, memanjangkan dan meningkatkan peron, memperbaiki akses masuk kestasiun, dan melakukan kerjasama dengan moda transportasi lain.
PT. KAI akhirnya memutuskan untuk
menunda penghapusan KRL ekonomi lintas bekasi – serpong resmi tidak beroprasi
mulai bulan Juni mendatang. Direktur Utama PT. KAI Commuter Jabodetabek Tri
Handoyo dalam keterangannya mengatakan penundaan tersebut untuk memberika waktu
kepada Direktorat Jendral Perkeretaapian Kementrian Perhubungan untuk
merumuskan masalah mekanisme pemberian subsidi. Kesepakatan penundaan melalui
rapat yang diadakan di kantor Ditjen KA Kemenhub dan dihadiri PT. KAI, YLKI,
serta masyarakat transportasi Indonesia. PT. KAI berencana menghapus satu
rangkaian yang dijalankan di lintas bekasi dan serpong pada 1 April. Jadwal perjalanan
KRL yang kosong menurut rencana, akan digantikan dengan dua rangkaian Commuter
Line di tiap lintasan dengan melayani 16 -18 perjalanan/hari. Menurut Tri
Handoyo, konsep penggantian KRL ekonomi menjadi KRL AC demi keselamatan
perjalanan. Hal ini merujuk pada catatan PT. KAI sepanjang 2012 yang menyatakan
terjadi 1.228 pembatalan perjalanan KRL – non AC karena rangkaian mengalami
kerusakan. Akibatnya 4.217 perjalanan KRL
lainya ikut terganggu.
Penghapusan
KRL ekonomi dikarenakan banyak armada KRL ekonomi yang sudah mulai mogok,
sehingga dapat menggangu perjalanan penumpang. Selain itu menurut PT. KAI
penghapusan KRL ekonomi karena minimnya dana subsidi bagi angkutan penumpang. Pengahapusan
KRL ekonomi direncanakan akan digantikan dengan Commuter line yang lebih nyaman
dan ber- AC. Tarif yang cukup mahal ini menyebabkan beberapa kelas masyarakat
seprti pedagang dan sebagainya mengalami kesulitan. Ada beberapa pihak yang
menyarankan bahwa tarif KRL Coummuter Line disubsidi oleh pemerintah. Karena
pemerintah turt andil dalam pengkeretaapian di Indonesia. Pensubsidian dilakukan
dengan menghapus KRL ekonomi dan mensubsidi tarif Commuter Line yang bertarif
Rp. 8.500 – Rp. 9.000. Harga yang layak menuurut pihak ini untuk kawasan
Jabodetabek idealnya sebesar Rp. 3.000 – Rp. 4.000 namum dengan syarat Public
Service Obligation (PSO) dari pemerintah dibayarkan penuh dan diberikan
didepan. Dengan penghapusan KRL ekonomi dapat menyebabkan konsumsi BBM yang
akan naik. Dan program pemerintah agar masyarakat pindah ke angkutan massalpun
akan terhambat. Dan apabila pengeluaran masyarakat pada sector transportasi
kecil maka masyarakat dapat menambah pengeluaran pada sector konsumi dan pendidikan serta kesehatan yang lebih
baik.
Selain pengsubsidian tariff Commuter
Line pengahapusan KRL ekonomi menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
hal ini melanggar undang – undang BUMN. PT. KAI mendapatkan penugasan dari
pemerintah untuk menyediakan sarana transportasi bagi rakyat yang membutuhkan
angkutan yang nyaman. Karena jika penghapusan KRL ekonomi karena subsidi
pemerintah yang lambat atau kurang hal tersebut harus dibicarakan kepada
pemerintah. Karena selama ini KRL ekomoni menddapatkan PSO dari pemerintah. Pencairan
dana PSO yang terlambat tidak dapat dijadikan alasan untuk penghapusan KRL
ekomoni karena ntuk tahun 2013 PSO sebesar 700 miliar.
Pihak Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) telah mengajukan
somasi kepada PT. KAI karena telat melanggar
UU No. 23/2007 tentang perkeretaapian. Dalam UU tersebut dinyatakan
pengoprasian KRL ekonomi adalah bentuk pelayanan public (PSO) dengan tariff terjangkau
buat masyarakat dan diatur khusus dalam peraturan Presiden nomor 53 tahun 2012.
Dalam peraturan 53 tersebut angkutan pelayanan kelas ekonomi yang penyelenggaraan sarana perkeretaapian yang
sesuai dengan standar pelayanan minimum. Namum faktanya masih banyak KRL
ekonomi yang tidak sesuai dengan standart pelayanan minimum.
Pada
umumnya manusia memiliki 2 kebutuhan baik dari segi kebutuhan fisik maupun
kebutuhan rohani. Kebutuhan fisik seperti barang – barang, makanan, pakaian dan
rumah. sedangkan untuk kebutuhan rohani seperti hiburan dan konsultasi.
Konsumsi
secara khusus berarti suatu kegiatan untuk menghabiskan suatu benda ( baik
barang atau jasa). Barang ada alat
pemuas kebutuhan yang mempunyai bentuk, terlihat, serta dapat diraba. Jasa
adalah alat pemuas kebutuhan yang tidak berbentuk / berwujud, tetapi dapat
dirasakan manfaatnya.
Masing
– masing konsumen memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Konsumen satu
dengan konsumen yang lain mempunyai kebutuhan yang berbeda – beda pula.
Prilaku
konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi kebutuhannyayaitu:
1. Prilaku konsumen yang rasional
Prilaku ini didasari oleh pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk
mengkonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar
pertimbangannya adalah :
2. Perilaku konsumen yang tidak rasional
Seorang konsumen dikatakan tidak rasional apabila membeli barang tanpa
pertimbangan yang baik.
Secara
umum berikut karakteristik konsumen di Indonesia khususnya
Ada
10 Karakteristik konsumen Indonesia :
1.Memiliki Pola Pikir Jangka Pendek
Pola pikir
adalah hal dasar bagi seseorang dalam membuat keputusan. Keputusan yang diambil
akan memberi pengaruh dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Pola pikir
jangka pendek hanya memperhatikan manfaat dalam jangka waktu pendek saja. Oleh
karena itu, produk-produk instan laku di pasar Indonesia.
2.Tidak Memiliki Perencanaan
Konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan dalam hidup mereka termasuk dalam
membuat perencaan dalam berbelanja. Perencanaan dalam berbelanja dapat
diwujudkan dalam bentuk daftar belanjaan. Daftar belanjaan ini mengurangi
pembelian yang tidak direncanakan. Oleh karena itu, konsumen Indonesia rata-rata
sering melakukan pembelian barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya.
3.Cenderung Suka Berkumpul
Konsumen Indonesia memiki
kecenderungan suka berkelompok dan berkumpul. Saat berkumpul dan
berkelompok akan timbul pembicaraan. Dalam pembicaraan tersebut akan
menimbulkan efek words of mouth. Efek words of mouth akan
menimbulkan kemungkinan ada konsumen baru dari konsumen yang terpuaskan. Dari
konsumen yang terpuaskan akan menimbulkan repeat orders.
4.Tidak
Adaptif Dengan Teknologi Baru
Survey yang dilakukan oleh Frontier pada tahun 2010 ini menyatakan bahwa
konsumen Indonesia tidak adaptif terhadap teknologi. Fasilitas M-Banking dan
Internet belum digunakan secara maksimal. Fasilitas M-Banking dan Internet yang
sudah ada di dalam ponsel yang digunakan oleh konsumen Indonesia namun belum
digunakan secara maksimal.
5.Fokus Pada Konten Bukan Konteks
Konten adalah informasi yang tersedia melalui media
atau produk elektronik. Konteks adalah suatu
uraian atau kalimat yg dapat mendukung atau menambah kejelasan
makna. Informasi yang tersedia di media atau produk elektronik lainnya
tentu saja tidak memberikan informasi yang jelas.
6.Menyukai Barang – Barang Produksi
Luar Negeri
Harga acapkali dibandingkan
dengan kualitas. Semakin tinggi harga dianggap semakin bagus kualitasnya. Harga
barang-barang produksi luar negeri mayoritas memiliki harga lebih tinggi
daripada barang-barang produksi dalam negeri. Gengsi menjadi salah satu alasan
juga mengapa konsumen Indonesia lebih menyukai barang-barang produksi luar
negeri.
7.Semakin
Memperhatikan Masalah Religious
Indonesia adalah negara beragama. Konsumen Indonesia menjadi lebih sensitif
untuk hal-hal yang berbau keaagamaan. Produk dan jasa yang berbau agama semakin
lebih banyak digemari.
8.Suka
Pamer dan Gengsi
Kecenderungan manusia adalah ingin dipuji. Konsumen Indonesia yang berasal dari
golongan ekonomi menengah ingin dipuji jika bisa membeli barang yang tidak bisa
dibeli orang lain. Konsumen Indonesia dari golongan ekonomi atas membeli
barang-barang branded supaya dipuji dan sebagai prestise
karena gengsi.
9.Tidak
banyak dipengaruhi Budaya Lokal
Keanekaragaman budaya dan adat istiadat sudah tidak lagi menjadi alasan dalam
memilih dan menggunakan suatu produk. Globalisasi membuat konsumen Indonesia
memiliki karakteristik tidak banyak dipengaruhi lagi oleh budaya lokal
10.Kurang Memperdulikan Lingkungan
Perubahan iklim adalah isu yang popular di abad 21. Isu tentang lingkungan
menjadi penting terkait tentang pemanasan produk. Perusahaan berlomba-lomba
untuk ikut andil dalam lingkungan. Produk yang akan diproduksi sudah
dirancang supaya sustainable terhadap lingkungan. Lain halnya dengan konsumen
luar negeri, konsumen Indonesia masih belum peduli akan lingkungan.
Faktor – factor
yang Mempengaruhi Prilaku Konsumen
Factor – factor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Secara
garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :
1. Faktor Internal
a. Pendapatan Pendapatan konsumen berpangaruh pada
besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumen, cenderung
semakin besar pula.
b. Motivasi Setiap orang mempunyai motivasinya
sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan kegiatan
konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula
yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal sebenarnya ia
tidak membutuhkannya. Sebagian yang lain mengkonsumsi barang dan jasa tertentu
demi memperlihatkan status sosialnya atau gengsi. Misalnya seorang remaja yang
membeli handphone keluaran terbaru agar dianggapkeren oleh teman-temannya.
c. Sikap dan kepribadian Sikap dan kepribadian individu juga
mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang hemat biasanya hanya akan membeli
barang-barang yang telah direncanakan, dimana hal ini sangat berbeda jauh
dengan orang boros yang selalu membeli barang yang tidak dibutuhkannya.
2. Faktor eksternal
a. Kebudayaan Kebudayaan yang terdapat di suatu
daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakatnya. Di Jepang dan Cina, orang
makan menggunakan sumpit. Semantara di negara barat, sendok dan garpu sering
ditemani oleh pisau. Tak heran bila konsumsi sumpit d Jepang dan Cina lebih
tinggi dibandingkan di negara barat. Begitu pula sebaliknya.
b. Status Sosial Status atau posisi seseorang di dalam
masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut.
Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas berbeda dengan
konsumsi supir taksi, tukang kayu, atau pengusaha kecil.
c. Harga Barang
Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa
harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan apabila harga rendah, konsumsi akan tinggi.
Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang substitusi.
3. Faktor Strategi Marketing
Strategi marketing dalam suatu negara berbeda dengan negara lain karena
perbedaan masyarakat dan pola konsumsi juga sehingga tidak mengherankan bahwa
suatu produk laris di suatu negara tetapi setelah dikenalkan dan dijual ke
negara lain tidak mendapatkan respon yang baik dari masyarakat di negara
tersebut.
Tingkat dimanakonsumenmenerimaproduk baru, layanan baru, atau praktikbaru. Sifat inipenting untukkonsumen danpemasarkarena keduanyabisa mendapatkan keuntungan dariinovasiyang tepat. Penelitibanyak konsumentelah mencobauntuk mengembangkaninstrumen pengukuranuntuk mengukurtingkatinovasikonsumen. Konsumen juga dapat selalu mengetahui produk yang baru, sehingga dapat meningkatkan penjualan produk produsen. Selain hal tersebut jika produsen selalu melakukan inovasi terhadap produknya maka konsumenpun tidak akan cepat jenuh dengan produk tersebut. Terlebih jika ada prilaku konsumen yang selalu ingin mengganti produknya dengan produk inovasi terbaru.
Contoh kasus :
Raffa merupakan mahasiswa dari salah satu kampus di Jakarta. Raffa adalah seorang pengila Gadget khususnya Smartphone. Maka jika setiap ada pengeluaran produk terbaru atau inovasi dari produk smartphone tersebut, raffa tidak akan sayang mengeluarkan biaya lebih untuk memperoleh produk baru. Walaupun terkadang produk yang dia pakai masih tergolong baru.
Consumer Compulsive Consumption
Perilaku
Konsumsi yang Kompulsif Konsumsi yang kompulsif termasuk perilaku yang
abnormal yang merupakan contoh ”sisi gelap konsumsi”. Para konsumen yang
kompulsif cenderung kecanduan; dalam beberapa hal mereka tidak dapat
mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat berakibat merusak diri
sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka.
Contoh Kasus :
Hanna adalah gadis yang berasal dari keluarga yang berada. Oleh karena itu setiap akhir pekan selalu ia habiskan waktu untuk berbelanja dengan teman - temannya. Hanna adalah tipe gadis yang sangat suka sekali berbelanja, ia sangat tertarik untuk belnja tas dan sepatu khususnya, ia senang sekali berbelanja baik didalam maupun diluar negeri. Hal tersebut semakin lama akan membuat tagihan kartu kreditnya menjadi bengkak dan menumpuk. karena kebiasaan yang selalu ia lakukan maka oarang tua hanna menjadi kerepotan untuk membayar tagihan belanja hanna. Oleh karena itu sejak saat hanna menjadi semakin gila untuk belanja. Maka orang tuanyapun memblokir semua kartu kredit yang ia pegang, sehingga ia pun tidak dapat berbelanja dengan bebas dengan teman - temannya.
Consumer Ethnocentrism
Konsumen
dengan etnosentrisme tinggi akan cenderung memiliki perasaan bersalah
apabila mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk pada
perekonomian bangsanya sendiri. Adapun konsumen dengan etnosentrisme
rendah tidak merasakan hal tersebut. Implikasinya bagi pemasar adalah
penggunaan penekanan pada aspek kebangsaan dalam penggunaan produk dalam
negeri bagi konsumen dengan tingkat etnosentrisme tinggi.
Etnosentrisme
konsumen berasal dari konsep psikologis yang lebih umum dari
etnosentrisme. Pada dasarnya, orang etnosentris cenderung memandang
kelompok mereka sebagai superior dari orang lain. Dengan demikian,
mereka memandang kelompok lain dari perspektif mereka sendiri, dan
menolak orang-orang yang berbeda dan menerima orang-orang yang mirip
(Netemeyer et al, 1991;. Shimp & Sharma, 1987). Hal ini, pada
gilirannya, berasal dari teori-teori sosiologi sebelumnya di-kelompok
dan keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Etnosentrisme, maka
secara konsisten ditemukan, adalah normal untuk kelompok-ke-keluar
kelompok (Jones, 1997, Ryan & Bogart, 1997).
Etnosentrisme
konsumen khusus mengacu pada pandangan etnosentris yang diselenggarakan
oleh konsumen di satu negara, dalam kelompok, terhadap produk dari
negara lain, keluar-kelompok (Shimp & Sharma, 1987). Konsumen
mungkin percaya bahwa itu tidak tepat, dan bahkan mungkin tidak
bermoral, untuk membeli produk-produk dari negara lain.
Pembelian
produk asing dapat dipandang sebagai tidak layak karena biaya pekerjaan
domestik dan melukai ekonomi. Pembelian produk asing bahkan dapat
dilihat sebagai hanya patriotik (Klein, 2002; Netemeyer et al, 1991;.
Sharma, Shimp, & Shin, 1995; Shimp & Sharma, 1987).
Atribut Etnosentrisme
konsumen individu memberikan pemahaman tentang apa pembelian yang
diterima oleh kelompok-, serta perasaan identitas dan milik.Bagi
konsumen yang tidak etnosentris, atau polisentris konsumen, produk
dievaluasi berdasarkan jasa-jasa mereka eksklusif asal-usul kebangsaan,
atau bahkan mungkin dilihat lebih positif karena mereka asing (Shimp
& Sharma, 1987; Vida & Dmitrovic, 2001).
Brodowsky
(1998) mempelajari etnosentrisme konsumen di antara pembeli mobil di
Amerika Serikat dan menemukan hubungan positif yang kuat antara
etnosentrisme tinggi dan negara-berbasis bias dalam evaluasi mobil. Konsumen
dengan etnosentrisme rendah muncul untuk mengevaluasi mobil lebih
didasarkan pada manfaat dari mobil sebenarnya bukan negara
asalnya.Brodowsky menunjukkan bahwa etnosentrisme konsumen pemahaman
sangat penting dalam memahami negara asal efek.
Anteseden Beberapa etnosentrisme konsumen telah diidentifikasi oleh berbagai penelitian. Konsumen
yang cenderung kurang etnosentris adalah mereka yang masih muda, mereka
yang laki-laki, orang-orang yang berpendidikan lebih baik, dan mereka
dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Balabanis et al, 2001;.
Baik & Huddleston, 1995, Sharma et al, 1995)
Balabanis et al. menemukan
bahwa faktor-faktor penentu etnosentrisme konsumen dapat bervariasi
dari satu negara ke negara dan budaya ke budaya. Di Turki, patriotisme
ditemukan motif yang paling penting untuk etnosentrisme konsumen. Ini,
itu diteorikan, adalah karena budaya kolektivis Turki, dengan
patriotisme menjadi ekspresi penting dari kesetiaan kepada kelompok. Di
Republik Ceko lebih individualistis, perasaan nasionalisme berdasarkan
rasa superioritas dan dominasi muncul untuk memberikan kontribusi yang
paling penting untuk etnosentrisme konsumen.
Contoh Kasus :
Tuan Harsan adalah seorang warga yang sangat mencintai produk yang dibuat dalam negeri, hal tersebut karena model serta gaya yang dibuat oleh dalam negeri sudah sangat disenangi oleh pak Harsan. Hal tersebut membuat pak Harsan menjadi orang yang sangat mencintai produk dalam negeri. Jika pak Harsan menggunakan produk luar negeri hal tersebut akan dapat sangat menggagu perasaan pak Harsa, sehingga, jika ia melakukan aktivitasnya ia selalu menggunakan produk buatan sendiri.
Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka
sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap
berhasil kalau pengaruh-pengaruh yang diberikannya menghasilkan
pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen. Keputusan konsumen,
tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta pengambilan
keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk menyangkut
keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh
konsumen.
Konsep Keputusan
Keputusan adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan
alternatif. Bila seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli
dan tidak membeli tapi memilih membeli, maka dia ada dalam posisi
membuat keputusan. Semua orang mengambil keputusan setiap hari dalam
hidupnya tanpa disadari. Dalam proses pengambilan keputusan, konsumen
harus melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa
yang sesuai.
Aspek-Aspek Pemilihan Keputusan
Produk yang murah – Produk yang lebih mahal
Pembelian yang sering – Pembelian yang jarang
Keterlibatan rendah – Keterlibatan tinggi
Kelas produk dan merek kurang terkenal- Kelas produk dan merek terkenal
Pembelian dengan pertimbangan dan – Pembelian dengan pertimbangan
pencarian yang kurang matang. dan pencarian intensif
Analisis Pengambilan Keputusan oleh Konsumen
Sudut Pandang Ekonomis
Konsumen sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang
mengetahui semua alternative produk yang tersedia dan harus mampu
membuat peringkat dari setiap alternative yang ditentukan
dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta harus dapat
mengidentifikasikan satu alternatif yang terbaik.
2. Sudut Pandang KongnitifKonsumen sebagai cognitive man atau sebagai problem solver. Kosumen
merupakan pengolah informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi
informasi tentang produk dan gerai. Pengolah informasi selalu berujung
pada pembentukan pilihan, terjadi inisiatif untuk membeli atau menolak
produk. Cognitive man berdiri di antara economic man dan passive man,
seringkali cognitive man punya pola respon terhadap informasi yang
berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk memenuhi
pengambilan keputusannya pada keputusan yang memuaskan.
3. Sudut Pandang Emosional
Menekankan emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli
suatu produk. Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan
produk favoritnya, apapun yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan
kenangan juga dibeli berdasarkan emosi.
Anggapan emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar.
Mendapatkan produk yang membuat perasaannya lebih baik merupakan
keputusan yang rasional.
Model Sederhana Untuk Menggambarkan Pengambilan Keputusan Konsumen.
Pengaruh Eksternal
Usaha-usaha pemasaran pemasaran Lingkungan social budaya, seperti :
keluarga
sumber informal
sumber non komersial
kelas social
budaya dan sub budaya
Pengambilan Keputusan Pada Konsumen
a. Sadar akan kebutuhan
b. Mencari sebelum membeli
c. Mengevaluasi alternatif
Area psikologis
a. Motivasi
b. Persepsi
c. Pembelajaran
d. Kepribadian
e. Sikap
Perilaku Setelah Keputusan Pembelian
a. Percobaan
b. Pembelian ulang
Contoh Kasus
Seiring dengan perkembangan jaman, semakin maju pula teknologi yang semakin canggih. Begitu pula dengan konsumen yang semakin cerdas dalam memilih perangkat telepon selular. Banyak dijaman sekarang bermunculan telepon seluler yang semakin inovasi. Seperti BlackBerry, Android, Iphone, dan SonyEricsson. konsumen memiliki beberapa alternatif yang ada dalam keputusan untuk membeli smartphone tersebut. Namun sebelum melakukan keputusan dalam pembelian tersebut konsumen harus memprioritaskan kebutuhan yang akan dibeli dengan keuangan/keadaan yang sesuai dengan masing - masing konsumen. Setelah itu konsumen mengumpulkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut. Kemudian mengumpulkan informasi tentang smartphone tersebut konsumen biasakan akan melakukan evaluasi terhadap produk yang diinginkan. setelah itu konsumen dapat melakukan keputusan apakah akan membeli atau menolak produk yang telah di telusuri. Jika konsumen melakukan pembelian maka pemasar akan dianggap telah berhasil begitu juga dengan sebaliknya.
Contoh kasus dalam tipe-tipe proses pengambilan keputusan
Tipe Pengambilan keputusan (
Decision making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk
mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
Keputusan
terprogram/keputusan terstruktur
yaitu keputusan yang berulang- ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram.
Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat
bawah.
Contoh : Manajer produksi dari PT. XYZ selalu melakukan kegiatan
rutin disetiap awal bulan, yaitu dengan melakukan pembelian bahan baku untuk
persediaan.
Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur yaitu
keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin
dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan - perhitungan serta analisis yg terperinci.
Contoh : Pak Darwin adalah seorang Menejer Keuangan pada PT. Arta. Pekerjaan
pada devisi keuangan mengharuskan Pak Darwin harus cermat dalam
menginvestasikan serta mengolah keuangan pada PT. Arta. Pada saat itu diharuskan
penggantian mesin di pabrik dan harus menghitungan dengan cermat sebelum
melakukan investasi pada mesin yang akan dibeli agar investasi yang dilakukan
tidak merugikan perusahaan. Maka Pak
Darwin harus melakukan keputusan untuk menginvestasikan keuangan perushaan
secara cermat.
Keputusan
tidak terprogram/ tidak terstruktur yaitu keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak
selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi
untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan
dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
Contoh : Pak Andre adalah seorang Presiden Direktur PT. Angkasa. Ia
harus selalu bisa mengambil keputusan dengan cepat demi kelangsungan
perusahaannya. Pengambilan keputusan yang dia ambil berdasarkan informasi pasar
yang harus selalu ia dengan dan ketahui. Contohnya adalah harga saham yang
selalu berubah. Dia harus bisa menyesuaikan keuangan perusahaan agar harga
saham perusahaan pada bursa efek bisa selalu stabil.